4vEwQwn2N76CQsEE22YcimIBXTw6fR8sELEf9IPn
Bookmark

Sistem Penilaian Persediaan Barang

Umumnya dapat dikatakan bahwa hampir semua perusahaan, persediaan adalah aset milik perusahaan yang cukup besar dan bahkan terbesar jika dibandingkan dengan aset lancar yang lainya. Persediaan merupakan elemen yang paling banyak menggunakan sumber keuangan perusahaan yang perlu disediakan agar perusahaan dapat beroperasi sebagaimana mestinya. Peranan persediaan dalam operasional perusahan sangat penting sehingga perlu diadakan Sistem Penilaian Persediaan dan Biaya yang tepat dan akurat agar memperoleh hasil usaha yang sejalan dengan periode pembukuan menurut akuntansi. Pada kesempatan ini, akuntansi mandiri akan membahas secara detail terkait dengan Sistem Penilaian Persediaan dan Biaya.

Sistem Penilaian Persediaan Barang

Sistem Penilaian Persediaan dan Biaya - Sistem Identifikasi Khusus

Identifikasi khusus digunakan dengan cara mengidentifikasi setiap barang yang dijual dan setiap barang dalam akun persediaan. Seluruh biaya barang yang telah terjual dimasukan kedalam harga pokok penjualan, sedangkan biaya barang khusus yang masih berada di tangan dimasukan ke dalam persediaan. Metode ini diterapkan untuk perdagangan atau produksi barang dagang yang khusus atau unik dan umumnya bernilai tinggi.


Sistem Penilaian Persediaan dan Biaya - First In First Out (FIFO)

Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang yang pertama kali dibeli adalah barang yang pertama yang digunakan dalam perusahaan manufaktur atua dijual dalam perusahaan dagang. Oleh karena itu, persediaan yang tersisa merupakan barang yang dibeli terakhir kali.


Contoh soal:


Informasi pembelian dan penjualan barang persediaan


Kartu Persediaan Barang


Maka nilai persediaan akhir menurut sistem periodik adalah:

2.000 unit @ Rp 475   = Rp    950.000
4.000 unit @ Rp 440   = Rp 1.760.000
                                        Rp 2.710.000

 

Sedangkan nilai persediaan akhir menurut sistem perpetual adalah:





Sistem Penilaian Persediaan Barang - Rata-rata (Moving Average)

Pada metode rata-rata, perusahaan akan menghitung biaya rata-rata per unit dengan cara membagi total biaya barang tersedia untuk dijual dengan total unit tersedia untuk dijual. Biaya rata-rata per unit hanya akan dihitung pada akhir periode saja apabila perusahaan menggunakan sistem pencatatan periodik, sedangkan apabila menggunakan sistem pencatatan perpetual, biaya rata-rata per unit akan dihitung setiap terjadi transaksi terkait pembelian.

Contoh Soal:

Informasi pembelian dan penjualan barang persediaan


Kartu Persediaan

Maka biaya per unit adalah = Rp 4.390.000 / 10.000 unit = Rp 439 per unit

Sehingga nilai persediaan akhir (sistem periodik) adalah = 6.000 unit x Rp 439 = Rp 2.634.000

Sedangkan nilai persediaan akhir (sistem perpetual) adalah:





Sistem Penilaian Persediaan Barang - Lower of Cost or Net Realisable Value (LCNRV)

Pada metode LCNRV, persediaan akan dinilai sebesar nilai terendah antara biaya perolehan (cost) dengan nilai realisasi bersih (net realisable value). Nilai realisasi bersih akan dihitung dengan cara mengurangi taksiran harga penjualan dengan taksiran biaya penyelesaian dan taksiran biaya yang diperlukan untuk melakukan penjualan.

Contoh Soal:

Informasi produk

Informasi Nilai Realisasi Bersih



Maka LCNRV



Jurnal penyesuaian penilaian persediaan barang LCNRV:

Dr. Kerugian karena penurunan nilai persediaan  sebesar Rp 40.000
Cr. Persediaan sebesar Rp 40.000


Cukup mudah bukan belajar tentang Sistem Penilaian Persediaan Barang ? Jika merasa belum paham, mungkin kamu perlu membuka materi persediaan pada artikel sebelumnya. Coba dipelajari pelan-pelan dan cari sumber dari masing-masing angka yang tertera pada gambar di masing-msing contoh soal.  Sekian dari kami dan selamat belajar tentang Sistem Penilaian Persediaan Barang.

1 komentar

1 komentar

  • Sheila
    Sheila
    31 Oktober 2021 pukul 09.46
    kata-kata penyemangat di paragraf terakhir <3
    Reply